PADA abad yang lalu para peneliti berhasil
mendiskripsikan fenomena fotokatalisis pada permukaan semikonduktor
metal-oksida. Pertamakali dikemukakan oleh Renz tahun 1921 dan sampai tahun
1960-an mendapat antusiasme yang biasa-biasa saja dari kalangan peneliti. Popularitas
semikonduktor fotokatalisis meningkat setelah publikasi Akira Fujishima di
majalah Nature 1972. Ia melaporkan pemecahan air menjadi oksigen
dan hidrogen menggunakan kristal tunggal TiO2 dengan
input sinar UV berenergi rendah. Hidrogen dikenal sebagai bahan bakar yang
ramah lingkungan dan diproyeksikan dapat menggantikan minyak bumi. Publikasi
ini mendapat perhatian besar dan momentum kuat oleh isu krisis energi, pada
masa itu, dengan ketakutan akan habisnya cadangan minyak bumi. Tentu saja
pengajuan alternatif cara penyediaan energi dengan latar belakang sains yang
kuat ini mendapat sambutan antusias di kalangan para peneliti. Seolah-olah
problem energi dunia segera akan teratasi. Bagaimana tidak, dengan input sinar
berenergi rendah (terdapat juga dalam sinar Matahari yang sampai ke Bumi)
permukaan TiO2 mampu memproduksi gas hidrogen dari air dan sebagai
tambahan sistem sel fotokatalisis tersebut juga menghasilkan arus listrik
secara langsung.
Para peneliti berlomba mereplikasi,
memverifikasi, dan mengembangkan sistem tersebut agar applicable dalam kehidupan
nyata, walaupun kemudian menemui kenyataan bahwa harus menunda dulu mimpi indah
energi alternatif ini. Bagaimana tidak, hanya kurang dari 1 persen input cahaya
yang berhasil diubah menjadi produk energi sehingga proyek ini dinilai masih
tidak ekonomis.
Namun demikian, para peneliti mendapatkan aspek
lain dari fenomena fotokatalisis lebih feasible untuk tataran aplikasi
keseharian, yakni turunan teknologinya sebagai pengolah air dan/atau udara,
serta kemampuannya membuat permukaan bahan menjadi tetap bersih (swabersih).
Fotokatalisis yang dibicarakan di sini adalah
suatu proses yang dibantu oleh adanya cahaya dan material katalis. Dengan
pencahayaan ultra violet ( l < 405 nm) permukaan TiO2 mempunyai
kemampuan menginisiasi reaksi kimiawi. Dalam media air, kebanyakan senyawa
organik dapat dioksidasi menjadi karbon
dioksida dan air, berarti proses tersebut dapat membersihkan air dari pencemar
organik. Senyawa-senyawa anorganik seperti sianida dan nitrit yang beracun
dapat diubah menjadi senyawa lain yang relatif tidak beracun. Sementara dengan
mengelola sisi reduksi proses tersebut, karbon dioksida dapat diubah menjadi
alkohol, suatu cara produksi zat organik yang berguna, mirip dengan proses
fotosintesa pada tumbuhan.
Penyinaran permukaan TiO2 (bersifat
semikonduktor) menghasilkan pasangan elektron dan hole positif pada
permukaannya juga menjadikan permukaan tersebut bersifat polar dan/atau
hidrofilik (suka akan air) dan kemudian berubah lagi menjadi nonpolar dan/atau
hidrofobik (tidak suka air) setelah beberapa lama tidak mendapatkan penyinaran
lagi.
Sifat hidrofilik dan hidrofobik, salah satunya,
ditandai dengan ukuran sudut kontak butiran air pada permukaan lapisan tipis
TiO2 tersebut, yaitu sedikit lebih besar dari 50 derajat pada saat
sebelum disinari kemudian berubah menjadi mendekati 0 derajat setelah disinari.
Material dengan sudut kontak sekecil itu akan sangat hidrofilik
(superhidrofilik) (R Wang, Nature, 1997).
Persoalan praktis yang bisa diperbaiki dengan
memanfaatkan fenomena tersebut adalah perbaikan mutu cermin atau kaca. Suatu
permukaan cermin dan/atau kaca, karena memiliki sudut kontak dengan air cukup
besar, jika dalam suasana kelembaban tinggi maka air yang menempel pada
permukaan tersebut membentuk bintik-bintik air sehingga cermin akan tampak
berkabut.
Sedangkan cermin yang diberi lapisan tipis TiO2
dan mendapat penyinaran yang sesuai akan tetap tampak bening, tidak berkabut,
meski terkena uap air, karena air yang ada di permukaan mempunyai sudut kontak
mendekati nol, akibatnya terjadi kontinuitas butiran air satu dengan lainnya
sehingga membentuk lapisan tipis. Ini berarti kita mempunyai cermin dan/atau
kaca yang tetap bening, tidak berkabut, pada saat udara menjadi sangat lembab.
Dengan material tersebut cermin kamar mandi tidak akan berkabut pada saat kita
menggunakan shower air hangat atau cermin/kaca spion tetap bening saat hujan.
Manfaat lain dari superhidrofilisitas permukaan
tadi adalah kotoran yang bersifat suka air pada setiap bagian permukaan akan
terbawa saat air mengalir di atas permukaan tersebut. Sementara kotoran yang
tidak suka air (minyak) yang berarti nonpolar atau hidrofobik akan tergelincir
saat berada pada permukaan yang sangat hidrofilik. Sebagai tambahan kotoran
nonpolar (kebanyakan zat organik) yang tertinggal di permukaan lapisan tipis
TiO2 secara pelahan akan hancur, dipecah menjadi, karbon dioksida
dan air akibat proses fotokatalisis.
Arah terapan dari TiO2 fotokatalisis
sangat terbuka sebagai pelapis bahan bangunan, baik untuk lantai, atap, dinding
luar dan dalam suatu bangunan. Dapat juga sebagai pelapis benda-benda
dekoratif, kaca lampu dan sebagainya. Keuntungan penggunaan bahan tersebut
adalah benda-benda menjadi tidak mudah kotor, frekuensi pembersihan menjadi
lebih lama, dan cukup dibersihkan dengan air (plus bantuan cahaya) tanpa perlu
memakai bahan pembersih kimia. Permukaan benda seperti itu mampu pula secara
pelahan tapi pasti menghancurkan pencemar yang melewatinya, sehingga udara
menjadi lebih bersih. Akibat proses fotokatalisis, mikroorganisme pun akan mati
jika berada pada permukaan seperti itu karena teroksidasi sehingga permukaan
bahan menjadi lebih steril.
Lantas, kapan realisasi benda-benda seperti itu
akan tersedia di pasaran? Saat ini di Jepang ada lebih dari 1.000 perusahan
(besar dan kecil) yang bergerak dalam komersialisasi teknologi ini. Di belahan
dunia lain seperti Amerika dan Eropa, meskipun tidak sebanyak di Jepang, mulai
juga perusahaan-perusahaan masuk ke wilayah bisnis ini, baik yang melakukan
lisensi teknologi dari Jepang maupun teknologi yang mereka kembangkan sendiri.
Rasanya tidak akan lama lagi produk-produk
berbasis teknologi ini akan masuk juga ke belantara bisnis di Indonesia (atau
sudah?), yang notabene penuh limpahan sinar Matahari sepanjang tahun. Sinar
Matahari adalah sumber energi yang paling murah untuk menggerakkan proses
fotokatalisis.
Akankah kita menjadi konsumen produk akhir
terus-menerus?, ataukah kita akan mampu menyuplai kebutuhan sendiri, baik
dengan lisensi teknologi dan/atau teknologi yang dikembangkan sendiri untuk
mengisi kebutuhan (pasar) yang akan terbentuk?
Sebagai "negara miskin" tetapi memiliki
sejumlah penduduk yang relatif kaya, sangat senang menikmati, dan rela membayar
untuk menikmati, kemudahan dan kenyamanan yang diakomodir oleh teknologi,
kiranya akan menjadi sasaran pemasaran dari "negara kaya" yang
menguasai teknologi. Adalah kewajiban kita atau sebagian dari kita untuk
mencermati keadaan seperti itu, tidak hanya dalam bidang teknologi yang
dibicarakan di sini tetapi juga teknologi-teknologi lainnya, dan berusaha
sungguh-sungguh serta konsisten meningkatkan kompetensi bangsa sendiri agar
"kita" bisa bangkit menyongsong era milennium yang baru dimulai ini.
Saya percaya, setidaknya mencoba percaya, masih
ada di antara kita yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan kesadaran
penuh bergerak dalam format "negara miskin" (bukan berarti rendah
diri) berusaha meningkatkan kompetensi bangsa sendiri dalam bidang dan/ atau
lingkungannya. Mereka itu perlu "dirigen" yang memiliki visi sepadan
untuk menyerasikan gelombang gerakan agar padu namun dinamis dan bergerak maju
menantang badai globalisasi yang tidak lama lagi (sudah) datang menerjang.
Titanium Dioxida (TiO2) Fotokatalis (photocatalist) Yang Potensial
Sekilas Senyawa ini mirip tepung berwarna
putih,berbentuk bubuk, Boleh dikatakan lebih mirip dengan kapur/gamping yang
biasa kita gunakan Senyawa ini mendadak jadi populer setelah adanya laporan
dari peneliti jepang Akira Fujishima pada publikasinya yang melaporkan tentang
adanya pemecahan molekul air menjadi oksigen dan hidrogen pada eksperimen yang
menggunakan kristal tunggal dari TiO2 menggunakan sinar UV (Ultra Violet)
berenergi rendah pada majalah nature yang terbit tahun 1972.
Titanium Dioksida murni tidak terdapat di alam
tetapi berasal dari bijih ilmenite atau leuxocene bijih ini adalah bahan utama
yang digunakan untuk produksi Titanium Oksida
DEFINISI
Titanium Dioxida juga bisa disebut Titania atau Titanium
(IV) oksida adalah merupakan bentuk oksida dari titanium secara kimia
dapat dituliskan TiO2 Senyawa ini biasa digunakan sebagai pigmen
pada cat tembok, sunscreen dan pada makanan (CI 77891) (wikipedia)
BENTUK
Secara fisika Sifat dari Titanium Oksida dapat
dijabarkan dalam tabel berikut
Tabel 1. Sifat Fisik dan mekanik
dari titanium dioksida
Property
|
|
Density
|
4 gcm-3
|
Porosity
|
0%
|
Modulus of Rupture
|
140MPa
|
Compressive Strength
|
680MPa
|
Poisson’s Ratio
|
0.27
|
Fracture Toughness
|
3.2 Mpa.m-1/2
|
Shear Modulus
|
90GPa
|
Modulus of Elasticity
|
230GPa
|
Microhardness (HV0.5)
|
880
|
Resistivity (25°C)
|
1012 ohm.cm
|
Resistivity (700°C)
|
2.5×104 ohm.cm
|
Dielectric Constant (1MHz)
|
85
|
Dissipation factor (1MHz)
|
5×10-4
|
Dielectric strength
|
4 kVmm-1
|
Thermal expansion (RT-1000°C)
|
9 x 10-6
|
Thermal Conductivity (25°C)
|
11.7 WmK-1
|
Tabel 2. Sifat Optik dari
Titanium Dioksida
Phase
|
Refractive
|
Density
|
Crystal
|
Index
|
(g.cm-3)
|
Structure
|
|
Anatase
|
2.49
|
3.84
|
Tetragonal
|
Rutile
|
2.903
|
4.26
|
Tetragonal
|
Aplikasi
Titanium dioksida dapat digunakan sebagai
fotokatalis karena sifat ini senyawa ini digunakan sebagai alat treatment air
dengan cara melewatkan air yang tercemar pada permukaan kaca yang telah
dilapisi dengan senyawa ini sedangkan sumber sinar UV yang digunakan adalah
berasal dari matahari jika dugunakan matahari sebagai katalis maka media ini
cukup ramah lingkungan selain itu mungkin senyawa ini dapat digunakan untuk
melapisi genting sehingga air hujan tidak cepat merusak genting karena sifat
alami dari senyawa ini. dapat juga digunakan sebagai sensor oxigen dan anti
microbiologi (pembunuh kuman) tentunya dengan bantuan sianr UV.